![]() |
| sumber foto sejarahbali |
Kembali Ke Jati Diri Bali | Bertani, Pariwisata Adalah Bonus
Pada mulanya masyarakat Bali mata pencahariannya adalah petani. Itu kita masih bisa lihat dengan jelas dari video, foto dan sejarah Bali tempo dulu.
Selain sejarah itu, kebudayaan agraris sampai sekarang kita lihat dari sarana banten. Hampir semua banten upacara agama Hindu menggunakan bahan-bahan yang dihasilkan dari pertanian dan perkebunan. Contoh kecil saja pada bahan penjor, semua menggunakan bahan pertanian dan perkebunan.
Keindahan alam Bali, kebudayaan masyarakat Bali dengan keseharian warganya sebagai petani membuat wisatawan mancanegara tertarik ke Bali. Awal mulanya wisatawan ke Bali mencari tempat yang nyaman untuk berkesenian. Seperti melukis, menari dan berinteraksi dengan seniman lokal, seperti yang dilakukan Walter Spise. Kemudian para seniman itu mengajak temannya ke Bali. Demikian seterusnya sampai ada video yang mengulas tentang keindahan Bali yang membuat wisatawan mancanegara ke Bali.
Pelan tapi pasti masyarakat Bali mulai menjadi pelaku pariwisata. Yang semula petani menjadi dagang acung, sopir travel dan bekerja di hotel. Akhirnya kita lihat dengan jelas, semula pertanian pekerjaan utama masyarakat, sekarang di dominasi pelaku pariwisata. Itu karena pariwisata membuat mendapat uang lebih mudah, disamping gengsinya sebagai petani dianggap kelas 2.
Kemudian Bom Bali meledak 2002. Pariwisata Bali terpuruk, banyak pakar, praktisi mengatakan kembali ke jati diri Bali yaitu bertani. Karena menurut mereka selain pariwisata itu rapuh, pariwisata juga boros terhadap air dan membuat berkurangnya daya dukung lingkungan.
Setahun setelah Bom Bali, pariwisata mulai pulih. Suara yang meneriakan kembali ke jati diri Bali berangsur menguap tak terdengar. Malah 15 tahun setelah bom Bali, pariwisata reborn, jumlah kunjungan wisatawan lebih banyak 2 kali lipat dibandingkan Bom. Itu karena baiknya ekonomi dunia dan promosi pariwisata. Pemerintah, Masyarakat dan stakeholder terbuai akan kenikmatan pariwisata. Seperti ”kecanduan”, pertumbuhan akomodasi tak terkendali. Membuat banyak daerah yang tadinya air tanahnya belum intrusi, kini malah intrusi.
Kemudian munculah virus Corona di tahun 2020. Semua terhenyak, karena sektor pariwisata yang diandalkan Bali paling terpukul dengan penyakit yang disebut Covid 19 ini. Hotel, restauran, obyek wisata dan travel semua lumpuh total. Demikian juga efek multifliernya sudah jelas baik sekarang maupun ke depan.
PHK mulai dilakukan. Badai krisis membayangi. Suara lantang tentang pertanian kembali bergema di media sosial masyarakat Bali. Sejumlah tokoh pun kembali menyuarakan itu.
Agar tak kembali mengulang kesalahan kita saat tak mengambil momen kembali ke jati diri yakni pertanian saat Bom Bali, pemerintah sambil bekerja dari rumah merumuskan itu. Tentunya para team ahlinya, sehingga ada roadmap tentang pertanian Bali. Misalnya dengan mengadakan moratorium perijinan akomodasi pariwisata, pengetatan rencana tata ruang wilayah yang berpihak ke pertanian dan stimulus pertanian kepada masyarakat.
Kalau bisa demikian, kita akan bisa menjadi Bali ke jati diri yakni pertanian dan pariwisata adalah bonusnya. Sehingga ketahanan pangan, keberlanjutan ekonomi lingkungan dan budaya selalu terjaga.(*)
sumber fb share

No comments:
Post a Comment